 |  | Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan dalam kondisi sekarang susah untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia. Masalahnya, kata Wapres, selama ini petani lebih memilih menanam jagung yang pendapatannya jauh lebih besar. |  |  |  | Dari data Departemen Pertanian, lanjut Kalla, satu hektar kedelai hanya mampu menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 8 juta dengan biaya produksi Rp 4 sampai 5 juta. "Petani hanya mendapat sekitar Rp 3,5 juta. Jadi, memang susah kembangkan kedelai di Indonesia," katanya didampingi Menteri Pertanian Anton Apriantono di sela-sela rapat terbatas membahas ketahanan pangan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di gedung Departemen Pertanian, Jalan RM Harsono Ragunan, Jakarta, Selasa (15/1). Sementara itu, jika menanam jangung dengan produksi minimal 6 ton, petani bisa menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp 12 juta bila menggunakan harga lama. Sedangkan biaya produksinya sama dengan kedelai. "Jadi, pendapatan bersih dengan menanam jagung sekitar Rp 8 juta, apalagi sekarang harga jagung naik dua sampai tiga kali lipat," kata Wapres. |  | Jika demikian, apakah pemerintah tinggal diam hingga harga kedelai bergejolak seperti sekarang ini? Seharusnya pemerintah sadar, sejak awal warga Indonesia sangat gemar mengkonsumsi tahu-tempe, yang menggunakan kedelai. |  |  |  | Kebutuhan kedelai selama ini lebih banyak mengandalkan impor. Ini jelas sesuatu yang rawan. Negara manapun selalu berpikir jauh soal pengamanan stok. Lagi, mengandalkan impor untuk pasokan manakan mayoritas warga adalah sebuah kesalahan besar. dari : caninews.com
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar