 |  | Dari berbagai daerah muncul berita serentak soal kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Peningkatan harga antara lain terjadi pada komoditas beras, minyak goreng, produk mie, sayur-mayur, bawang, cabe dan lainnya. Kenaikan harga-harga itu, bagaimana pun tetap berpulang pada postulat ekonomi yaitu karena berkurangnya pasokan. |  |  |  | | Mengapa pasokan berkurang? Salah satu alasannya adalah karena cuaca buruk yang menganggu transportasi. Namun bisakah diterima dengan akal sehat jika faktor cuaca buruk itu menjadi pembenaran di balik kenaikan harga-harga. Masuk akalkah jika kenaikan mencapai 40 persen dan bahkan pada jenis komoditas tertentu, kenaikan mencapai 100 persen? Sejauh ini yang terganggu akibat cuaca buruk adalah transportasi laut, sementara transportasi darat dan udara praktis tidak terganggu. |  |  |  | Lalu mengapa harga-harga tetap naik? Kemungkinan lainnya adalah bukan soal terjadinya penurunan atas pasokan kebutuhan kehari-hari itu. Yang kemungkinan terjadi adalah para pedagang memanfaatkan isu cuaca buruk sebagai alasan untuk menaikkan harga. Jika ini yang terjadi, maka harga akan kembali normal jika isu cuaca buruk sudah tidak ada. |  | | Namun demikian, tetap menjadi pertanyaan, mengapa kebutuhan sehari-hari itu meningkat pesat dan rasanya seperti mendadak sepanjang Desember 2006 hingga Januari 2007? Jangan lupa, setiap kenaikan pada kebutuhan pokok, akan berdampak jelas pada pengurangan daya beli masyarakat berpendapatan tetap. Selanjutnya, hal itu akan mudah pula membuat peningkatan pada jumlah warga miskin, sebagaimana pernah diutarakan Bank Dunia. Lepas dari itu, adakah permainan di balik kenaikan harga-harga itu? Lebih jauh lagi, adakah kemungkinan aksi sabotase yang bertujuan menaikkan harga-harga kebutuhan pokok dengan tujuan merusak kredibilitas pemerintah? Inilah yang masih perlu diteliti. dari : caninews.com
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar